POLITIK

Partai Ummat: Ada Partai Sering Terlibat Kasus Korupsi Tapi Elektabilitasnya Selalu Tinggi, Kenapa Ya?

DEMOCRAZY.ID
Januari 31, 2022
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Partai Ummat: Ada Partai Sering Terlibat Kasus Korupsi Tapi Elektabilitasnya Selalu Tinggi, Kenapa Ya?

Partai Ummat: Ada Partai Sering Terlibat Kasus Korupsi Tapi Elektabilitasnya Selalu Tinggi, Kenapa Ya?

DEMOCRAZY.ID - Perwakilan Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya, bertanya-tanya mengapa partai yang memiliki kader yang tersandung kasus korupsi tetap memiliki elektabilitas tinggi. 


Menurut Mustofa, hal itu tidak adil untuk partai yang bersih dari kasus korupsi tapi elektabilitasnya justru rendah.


Hal itu disampaikan Mustofa saat acara rilis survei Trust Indonesia di Hotel Double Tree by Hilton, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (31/1/2022). 


Mustofa meminta tanggapan dari ahli yang datang mengenai faktor naiknya elektabilitas parpol padahal kader parpol itu banyak tersandung kasus korupsi.


"Saya ingin bertanya kenapa ada salah satu partai yang banyak kasus-kasus kejahatan extraordinary crime dalam hal ini adalah korupsi yang besar-besaran seperti itu dan itu tidak bisa ditutupi, kenapa persepsi masyarakat masih nomor satu elektabilitas partai tersebut, saya ingin tips aja kenapa bisa begitu? Sedangkan partai lain yang tidak memiliki kasus yang serupa di tingkatan jauh," kata Mustofa


Mustofa mengaku tak habis pikir mengapa hal itu terjadi di negara Pancasila ini. 


Dia pun meminta ahli yang hadir dalam survei untuk menjawab keresahannya itu.


"Kenapa itu bisa terjadi di negara yang katanya ini negara Pancasila yang menjunjung adab yang tinggi?" kata Mustofa.


Menjawab itu, Direktur Indo Strategic Counsulting Arif Nurul Imam pun berbicara kemungkinan faktor elektabilitas partai politik tetap melejit meski ada kader yang tersandung kasus korupsi. 


Kata Arif, berdasarkan survei kualitatif, biasanya suatu partai itu memiliki pemilih dari basis tradisional.


"Saya lihat dari pengalaman, belum kita survei tapi berdasar kualitatif, saya lihat tokoh atau partai itu mereka memiliki basis tradisional," kata Arif Nurul Imam.


Untuk itu, Arif menekankan dewasa ini, pentingnya memiliki pemilih rasional dan kritis untuk mempertimbangkan variabel rekam jejak dan visi misi sebelum memilih politisi. 


Arif menyebut perihal survei kuantitatif mengenai ini memang belum pernah dilakukan.


"Yang nderek si A nderek si B, ini masalahnya kenapa pemilih rasional, pemilih kritis, pemilih cerdas menjadi penting. Jika variabel dan preferensi orang memilih adalah rekam jejak berdasar visi-misi, berdasar kinerja, bukan fanatisme buta. Saya kira ini salah satu variabelnya, tapi secara kuantitatif belum pernah disurvei," ujarnya.


Sebelumnya, Lembaga survei Trust Indonesia Research and Consulting merilis hasil survei elektabilitas hingga popularitas partai politik. 


Hasil survei Trust Indonesia menempatkan PDIP sebagai parpol dengan elektabilitas tertinggi, sedangkan Golkar menjadi partai paling populer.


Selain soal elektabilitas dan popularitas, ada hasil survei parpol paling disukai. Untuk kategori kedisukaan, Partai Demokrat yang menempati posisi teratas.


Survei tersebut digelar pada 3-12 Januari 2022 melalui wawancara tatap muka. 


Total responden survei tersebut sebanyak 1.200 orang, dengan margin of error 2,83 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.


Pemilihan responden dilakukan dengan menggunakan metode multistage sampling. 


Quality control survei ini 20 persen dari total jumlah sampel yang diambil secara acak, dengan mengkonfirmasi ulang responden terpilih (hot spot checking).


"Tingkat elektabilitas partai politik tertinggi diraih oleh PDIP (21,8%). Disusul Partai Gerindra (17,3%) dan Partai Golkar (10,6%). Masih ada 13,3% yang belum menentukan pilihan (undecided voters)," demikian hasil temuan survei Trust Indonesia.


Berikut ini 5 besar hasil survei elektabilitas, popularitas dan kedisukaan yang dilakukan Trust Indonesia:


Elektabilitas:

- PDIP 21,8%

- Gerindra 17,3%

- Golkar 10,6%

- PKS 9,9%

- PKB 8,1%


Popularitas

- Golkar 93,9%

- PDIP 92,2%

- Gerindra 91,6%

- Demokrat 89%

- NasDem 82,4%


Kedisukaan

- Demokrat 66,8%

- Gerindra 65,9%

- Golkar 61,5%

- PKS 58,3%

- PDIP 53,5%

Penulis blog