AGAMA

Kritik Kampanye Moderasi Beragama Kemenag, Kiai Muhyiddin Junaidi: Diksinya Indah, Tetapi Penuh Racun Mematikan

DEMOCRAZY.ID
November 09, 2021
0 Komentar
Beranda
AGAMA
Kritik Kampanye Moderasi Beragama Kemenag, Kiai Muhyiddin Junaidi: Diksinya Indah, Tetapi Penuh Racun Mematikan

Kritik Kampanye Moderasi Beragama Kemenag, Kiai Muhyiddin Junaidi: Diksinya Indah, Tetapi Penuh Racun Mematikan

DEMOCRAZY.ID - Kampanye moderasi beragama yang dilakukan pemerintah, khususnya Kementerian Agama, terus menuai kritik dari masyarakat dan tokoh agama.


Salah satu tokoh Muhammadiyah era kini, KH Muhyiddin Junaidi, adalah salah seorang yang turut mengritisi proyek tersebut. 


Mantan Waketum MUI itu bahkan menyebut moderasi beragama diksinya indah, namun penuh racun yang mematikan.


“Moderasi beragama diksinya indah tapi penuh dengan racun yang mematikan,” ungkap Kiai Muhyiddin dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 9 November 2021.


Untuk menjelaskan makna racun itu, Kiai Muhyiddin bahkan mengutip ungkapan terkenal dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang mengatakan “kalimatul haq urida bihal bathil (kalimat yang hak tapi digunakan untuk tujuan yang batil).


“Sebuah kata kebenaran yang berarti kepalsuan. Itu mirip dengan jebakan Batman,” lanjutnya.


Alumni Universitas Islam Libya ini mengatakan, moderasi beragama yang didengungkan dan dipromosikan ke publik dengan berbagai macam alasan sesungguhnya bagian dari skenario global untuk menjual paham relativisme sebagai pola hidup masyarakat dunia. 


Padahal secara substansial terobosan itu penuh risiko, khususnya bagi generasi milenial untuk mengaburkan kebenaran.


“Kelompok yang minus akidah dengan mudah tertarik dengan tawaran tersebut dengan alasan subyektif bahwa Islam agama yang cocok bagi umat manusia sepanjang masa,” kata Kiai Muhyiddin.


Padahal, lanjut Wakil Ketua Wantim MUI ini, moderasi berbeda dengan Wasahtiyah Islam yang merupakan “backbone” ajaran Islam dengan segala keunggulan dan kelebihan.


Menurut Kiai Muhyiddin, kampanye moderasi beragama cepat atau lambat akan mengikis semangat fanatisme mempertahankan kebenaran mutlak dan militanisme dalam mengamalkan nilai mulia agama. Hal itu tentu akan sangat bertolak belakang dengan konstitusi nasional Indonesia.


Oleh karena itu, menurutnya semua pihak yang peduli kepada masa depan akidah generasi muda muslim memiliki tanggung kolektif untuk menghentikan agenda tersebut. Sebab membawa misi terselubung yang sangat destruktif. [Democrazy/sid]

Penulis blog