GLOBAL PERISTIWA

Danau Laut Mati Mendadak Semerah Darah, Publik Singgung Malapetaka Pertama dari 10 Hukuman Tuhan pada Firaun

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
GLOBAL
PERISTIWA
Danau Laut Mati Mendadak Semerah Darah, Publik Singgung Malapetaka Pertama dari 10 Hukuman Tuhan pada Firaun

Danau Laut Mati Mendadak Semerah Darah, Publik Singgung Malapetaka Pertama dari 10 Hukuman Tuhan pada Firaun

DEMOCRAZY.ID - Danau dekat Laut Mati di wilayah yang namanya tertulis dalam kitab suci, Moab --sekarang Yordania-- secara misterius berubah menjadi merah darah.


Air dari laguna di perbatasan Yordania itu telah diambil sampelnya oleh pihak Kementerian Air dan Irigasi Yordania untuk mengungkap penyebab fenomena yang meresahkan dan belum terjelaskan itu.


Dikutip  dari DailyMail, belum lama ini, foto-foto danau semerah darah itu memicu kehebohan di media sosial.


Tak sedikit yang mengaitkan makna air berwarna merah dalam Perjanjian Lama sebagai salah satu dari 10 malapetaka yang Tuhan berikan kepada Firaun Mesir untuk membebaskan orang-orang Yahudi dari perbudakan.


Menurut Alkitab, Tuhan mengubah air Sungai Nil menjadi darah, yang membunuh ikan dan mencegah orang Mesir meminumnya, dalam 10 tulah pertama yang datang sebagai hukuman Firaun karena menolak membebaskan budak Yahudi-nya.


Pantai timur Laut Mati di mana kolam merah darah berada juga merupakan tempat berdirinya dua kota legendaris Sodom dan Gomorah sebelum dihancurkan Tuhan karena ‘perbuatan keji’ penduduknya.


Kepala Komite Air dan Pertanian Dewan Al-Karak, Fathi Al-Huwaimel mengatakan pihak berwenang telah dihubungi untuk mengidentifikasi sumber air.


Tetapi meskipun untuk saat ini penyebab air merah misterius masih belum diketahui, menurut juru bicara kementerian Yordania Omar Salameh, beberapa teori bermunculan terkait mengapa laguna yang terisolasi dari air tawar bisa tiba-tiba berubah warna.


Direktur Pertanian di Lembah Yordan Selatan, Yassin al-Kasasbeh, mengatakan kepada Roya News fenomena ini ditemukan di kolam yang dekat dengan laut karena adanya jenis bakteri dan ganggang merah tertentu yang menyukai salinitas. Keduanya berubah warna saat terpapar sinar matahari.


Tapi ini tidak menjelaskan mengapa air tiba-tiba berubah menjadi merah sementara kolam lainnya tidak menunjukkan fenomena yang sama, terutama mengingat langit cerah sepanjang tahun di wilayah tersebut.


Pejabat lainnya mengatakan kepada Israel Today bahwa keberadaan oksida besi di dalam air dapat memicu perubahan warna yang aneh. Tapi ini tidak menjawab bagaimana oksida besi tersebut bisa “merasuki” kolam atau mengapa perubahan warna terjadi begitu cepat.


Sementara itu, Sakhr Al-Nusour, Kepala Sindikat Geologi Yordania mengatakan kepada Al Ghad News bahwa warna merah bisa saja disebabkan oleh zat tertentu dari aktivitas manusia.


Pendapat ini dikemukakan banyak warga Yordania yang menuduh pemerintah menutupi sumber polusi atau penggunaan kolam sebagai tempat pembuangan limbah bahan kimia.


Laut Mati adalah danau garam yang terletak di Gurun Yudea di Israel selatan, berbatasan dengan Yordania di Timur.


Dengan catatan asal usulnya yang bermula sekitar empat juta tahun lalu, Laut Mati merupakan salah satu sumber air paling asin dan titik terendah di bumi.


Tingkat salinitasnya yang tinggi lebih dari 30% menjadikannya sangat kaya mineral dan manfaat bagi kesehatan. Dan karena asinnya Laut Mati tidak memiiki kehidupan laut.


Di antara manfaat salinitas Laut Mati dirasakan mereka dengan penyakit pernapasan, seperti cystic fibrosis berkat tekanan atmosfer di wilayah tersebut. Sementara suhu, kelembapan, dan mineral air menjadikannya lingkungan yang sempurna untuk mengatasi masalah kulit.


Terapi paket lumpur Laut Mati juga disarankan untuk mengurangi rasa sakit pada pasien dengan osteoartritis lutut.


Namun Laut Mati telah menyusut secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir, kemungkinan besar karena perubahan iklim.


Saat ini panjang Laut Mati sekitar 49.889,7 meter dan lebar 14.484,1 untuk titik terlebarnya. Diperkirakan permukaan air Laut Mati telah turun lebih dari 39,9 meter sejak 1950-an dan sekarang berkurang sekitar 0,6 meter per tahun.


Tahun lalu Sungai Alexander berwarna merah darah karena darah dari rumah jagal di Tepi Barat mengalir ke sungai, demikian diungkap Society for the Protection of Nature di Israel. [Democrazy/galamed]

Penulis blog