EKBIS

Banyak TKA China di Indonesia yang Kerja pada Sektor Tambang, Luhut: Ini Kesalahan Kita

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Banyak TKA China di Indonesia yang Kerja pada Sektor Tambang, Luhut: Ini Kesalahan Kita

Banyak TKA China di Indonesia yang Kerja pada Sektor Tambang, Luhut: Ini Kesalahan Kita


DEMOCRAZY.ID - Sumber daya manusia (SDM) asal Indonesia yang kurang terampil membuat tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di bidang tambang dan proyek smelter semakin banyak.


Demikian hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.


Seperti diketahui, jumlah tenaga TKA di Indonesia, khususnya yang berasal dari China, memang bertambah banyak dalam beberapa tahun terakhir.


Adapun industri di Tanah Air yang cukup banyak menyerap TKA asal China adalah proyek tambang dan smelter.


"Sekarang kita tidak mau hanya ekspor raw material, kita mau itu jadi satu kesatuan. Ini kesalahan kita berpuluh-puluh tahun, kita perbaiki. Memang ada kritik awalnya, 'kenapa enggak pakai tenaga Indonesia?' Memang tidak ada," kata Luhut, Minggu (21/11/2021).


Luhut menjelaskan, alasan banyak TKA yang bekerja di bidang tambang dan smelter karena beberapa perusahaan sulit menemukan SDM Indonesia yang kompeten.


Hal itu terjadi di proyek smelter Kawasan Industri Weda Bay, Halmahera Tengah, misalnya.


Luhut mengatakan, kawasan industri di Indonesia Timur ini dibangun oleh perusahaan dari tiga investor China yaitu Tsingshan, Huayou, dan Zhenshi.


"Banyak yang mengeluh, 'kenapa tidak orang Indonesia semua?' Ya memang tidak ada," ucap Luhut.


"Karena kita berpuluh-puluh tahun tidak pernah memperhatikan bangunan poltek yang berkualitas di daerah ini."


Luhut menambahkan, ruang kontrol yang berada di kawasan industri Weda Bay, diisi oleh lulusan yang tidak sesuai bidang akibat minimnya SDM yang sesuai kualifikasi.


Banyak pekerja yangvharus dilatih ulang karena latar belakang pendidikan yang beranekaragam, mulai dari hukum, perawat, dan sejarah.


Menurut Luhut, mencari SDM yang sesuai kualifikasi di bidang tambang dan smelter tidak mudah.


"Dia yang di control room orang-orang itu (TKA), karena kita tidak punya," ujar Luhut.


Lebih lanjut, Luhut mengatakan, lebih parahnya lagi setelah dibangun politeknik di daerah, ternyata tidak ada juga orang yang lulus.


"Setelah kita bikin poltek, tidak ada pula yang lulus orang daerah. Ini fakta di lapangan yang kita mungkin ketawa dengarnya," tutur Luhut.


Sementara itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia turut menanggapi kritik terhadap banyaknya TKA China yang masuk ke Indonesia.


Menurut Bahlil, banyaknya TKA yang masuk akan memperbesar potensi investasi di Indonesia. Investasi yang semakin besar itu akan menciptakan banyak lapangan kerja.


"Mengenai jumlah TKA yang masuk, Menaker yang jawab. Tapi yang saya bisa jawab, saat investasi semakin besar, peluang pekerjaan juga semakin besar," kata Bahlil.


"Tinggal dilihat dari jenis usahanya apa, jenis investasi apa, apakah padat teknologi atau padat karya."


Bahlil menjelaskan, sampai saat ini, investasi China di Indonesia lebih banyak di sektor energi pertambangan, termasuk pembangunan smelter.


"Yang saya pahami, proses pembangunan investasi China ke indonesia lebih banyak di bidang pembangunan industri smelter pada komoditas tambang, dan ini punya multiplier effect," ujar Bahlil.


Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, pada 2019 terdapat 95.168 TKA yang bekerja di Indonesia.


Jumlah tersebut turun menjadi 93.374 pada 2020. Pada Mei 2021, tercatat ada 92.058 TKA di Indonesia.


Ada dua perusahaan smelter yang mempekerjakan TKA China di Indonesia, yakni PT Virtue Dragon Nickel Industry dan PT Obsidian Stainless Steel yang terletak di Sulawesi Tenggara. [Democrazy/ktv]

Penulis blog