POLITIK

Rocky Gerung: Habib Rizieq Shihab, Nama yang Bikin Istana 'Susah Tidur' karena Ada Sumbu Politik Baru!

DEMOCRAZY.ID
Oktober 17, 2021
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Rocky Gerung: Habib Rizieq Shihab, Nama yang Bikin Istana 'Susah Tidur' karena Ada Sumbu Politik Baru!

Rocky Gerung: Habib Rizieq Shihab, Nama yang Bikin Istana 'Susah Tidur' karena Ada Sumbu Politik Baru!

DEMOCRAZY.ID - Pengamat politik, Rocky Gerung menyebutkan bahwa Habib Rizieq Shihab (HRS) adalah nama yang membuat istana sulit ‘tidur’.


Hal ini diucapkan Rocky saat berdiskusi dengan Ahli Hukum Tata Negara, Refly Harun dalam program DICECAR (Dialog Cerdas Cara Refly).


“Itu nama yang membuat istana susah tidur,” ujar Rocky sambil tertawa dilansir melalui kanal Youtube Refly Harun Minggu, 17 Oktober 2021.


Sebab, pihak istana, menurut Rocky, selalu bertanya-tanya apa yang hendak dilakukan oleh eks petinggi di Front Pembela Islam (FPI) itu.


“Karena mengiang-ngiang terus di kuping mereka, besok Habib akan undang siapa, besok Habib akan mengucapkan kalimat apa tuh, besok Habib akan diwawancara oleh siapa,” tuturnya.


Sehingga istana malah kehilangan fokus karena adanya sumbu politik yang diciptakan oleh HRS.


“Jadi istana kehilangan fokus, karena ada sumbu politik baru di Jakarta dan tentu sumbu itu akan tumbuh secara nasional,” imbuhnya.


Oposisi semacam HRS, diperlukan di Indonesia, agar ada pengimbang kekuasaan.


“Jadi Habib Rizieq berasal dari simpanan memori politik kita tentang perubahan. Kita ingin agar supaya ada pengimbang kekuasaan, maka kita butuh oposisi,” jelasnya.


Namun, hal ini ditolak oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).


“Ternyata, Pak Jokowi bilang Indonesia demokrasinya tak membutuhkan oposisi,” sambungnya.


Namun publik menilai bahwa tanpa oposisi, kritik juga tidak akan ada.


“Tetapi publik menganggap tanpa oposisi tidak ada kritik itu,” kata Rocky.


Karena ditolak Jokowi, kemudian energi oposisi pun berkumpul di Petamburan dan dipimpin oleh HRS.


“Lalu, energi untuk beroposisi itu ditampunglah di Petamburan tuh. Jadi salah istana sendiri, kalau ada oposisi orang gak akan berkumpul, mengakumulasi kemarahan dan kejengkelan politik di Petamburan kan,” ungkap ahli filsuf ini.


“Jadi ini desain yang memang terbentuk secara historis, karena istana menolak oposisi tuh,” tandasnya.


Sebelumnya, saat Jokowi merangkul Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto masuk ke dalam koalisi pemerintahan, presiden mengatakan di Indonesia tidak ada yang dinamakan oposisi.


“Kita ini ingin membangun sebuah demokrasi gotong royong. Jadi perlu saya sampaikan bahwa di Indonesia ini tidak ada yang namanya oposisi kaya di negara lain,” ujar Jokowi Kamis, 24 Oktober 2019 silam. [Democrazy/galamed]

Penulis blog