DEMOCRAZY.ID - Aktivis buruh, Iyut VB ikut mengomentari video presiden Joko Widodo alias Jokowi yang diwawancarai oleh media asing terkait penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia.
Iyu menyindir para buzzer dan pendukung Jokowi yang selama ini menutup-nutup kekurangan dan kelemahan Jokowi di hadapan media di tanah air.
“BuzzeRp+fans’y bisa memoles Jokowi agar tak terlihat buruk di hadapan rakyat Indonesia saat menghadapi jurnalis-jurnalis dalam negeri,” kata Iyut dikutip akun Twitter-nya, @kafirradikalis, Ahad (31/10/2021).
Iyu menilai, saat berhadapan dengan media asing, Presiden Jokowi berantakan dan bikin malu.
“Tapi saat dihadapkan pada jurnalis luar negeri, harus diakui bahwa Jokowi benar-benar berantakan+memalukan,” lata Iyut.
“Malu banget punya presiden kek gini,” sambung dia.
Sementara itu, politikus Partai Demokrat, Yan Harahap juga menilai, banyak pertanyaan yang tidak dijawab oleh Jokowi dalan wawancara tersebut.
“Banyak pertanyaan yang “tidak terjawab” lengkap dan jelas dalam wawancara ini, salah satunya misalnya soal 150 ribu lebih orang yang meninggal, yang awalnya rezim anggap remeh COVID ini dan membuat Indonesia terlambat menyadari bahayanya. Bagaimana Anda bertanggung jawab atas kematian para korban-korban tersebut?,” tulis Yan Harahap.
Adapun Presiden Jokowi diwawancarai oleh wartawan BBC News, Krisma Vashwani menggunakan bahasa Inggris. Sementara Jokowi menjawab dengan bahasa Indonesia.
Dalam wawancara itu, Jokowi ditanya terkait penanganan pandemi di Indonesia.
Menurut Jokowi, fasilitas kesehatan yang belum memadai berkontribusi terhadap angka kematian yang tinggi akibat virus corona.
“Ini yang akan kita perbaiki dengan reformasi di bidang kesehatan Indonesia, utamanya fasilitas kesehatan, kemudian peningkatan pembangunan SDM yang lebih merata di seluruh Indonesia.”
“Ingat bahwa fasilitas kesehatan di Jawa dengan di luar Jawa perbedaannya sangat jauh sekali. Ini yang ingin kita kejar,” ujar Jokowi dalam wawancara eksklusif tersebut.
Wawancara Karishma Vaswani dengan Jokowi
Berikut ini wawancara Asia Presenter BBC News, Karishma Vaswani dengan Jokowi, dikutip dari Twitter @BBCIndonesia.
Karishma Vaswani: Hampir 150.000 orang di Indonesia meningga karena Covid-19, itu angka yang tercatat secara resmi, angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih banyak daripada itu. Meskipun Anda mengatasi (pandemi) lebih baik saat ini, awalnya, pemerintah Anda menganggap remeh penyakit ini, dan imbasnya, Indonesia terlambat menyadari bahanya. Bagaimana pemerintah Indonesia bertanggung jawab atas kematian ini?
Jokowi: Dulu 56.000 kasus (per hari) memang rumah sakit kita, fasilitas kesehatan kita penuh dan tidak mampu menampung. Saat itulah memang terjadi kematian yang sangat banyak, hampir 2.000 (kematian) per hari. Tetapi saat ini, sudah kita bisa tekan, bisa kita kendalikan.
Karishma Vaswani: Jika Anda melihat ke belakang, apa kesalahan terbesar yang dilakukan pemerintahan Anda?
Jokowi: Ya, menurut saya (karena) fasilitas kesehatan kita yang belum baik. Ini yang akan kita perbaiki dengan reformasi di bidang kesehatan Indonesia, utamanya fasilitas kesehatan, kemudian peningkatan pembangunan SDM yang lebih merata di seluru Indonesia.
Ingat bahwa fasilitas kesehatan di Jawa dengan di luar Jawa itu perbedaannya sangat jauh sekali. Ini yang ingin kita kejar.
Karishma Vaswani: Anda menghindari melakukan karantina wilayah nasional, karena saya paham dulu Anda khawatir tentang ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, namun tetap saja ada jutaan orang yang kehilangan pekerjaan, dan jika boleh saya katakan saat ini ekonomi Indonesia masih belum pulih, apa rencana pemulihan yang akan Anda lakukan?
Jokowi: Pandemi Covid-19 ini memberikan dampak ekonomi, tetapi kita melihat, kalau dibandingkan dengan negara-negara lain, saya kira kita berada pada posisi pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Yang paling penting, ketika pembatasan kegiatan masyarakat itu sudah dibuka, ekonomi informal kembali pulih, sehingga konsumsi masyarakat dan kesejahteraan rakyat bisa tetap terlindungi.
Karishma Vaswani: Pak Presiden, saat ini terjadi ketimpangan dalam distribusi vaksin secara global, dan WHO menyatakan pandemi bisa berlangsung lebih lama karena itu. Bagaimana pendapat Anda tentang negara maju yang lebih dulu mendapatkan vaksin?
Jokowi: Ya, idealnya memang vaksin ini bisa merata ke semua negara. Oleh sebab itu, Indonesia menyuarakan untuk keadilan terhadap akses vaksin. Ini penting sekali.
Karishma Vaswani: Saya tahu ada satu negara yang menawarkan bantuan, dan bahkan sejak awal telah membantu kebutuhan vaksin di Indonesia, dan itu adalah China. Apakah China jauh lebih membantu dibanding negara-negara Barat?
Jokowi: Semuanya (negara maju) memang sudah membantu, tetapi menurut saya kurang. Bukan hanya untuk Indonesia, tapi juga untuk negara-negara berkembang lainnya, apalagi untuk negara-negara miskin. Ini sangat perlu sekali untuk diberikan bantuan untuk mendapatkan vaksin. [Democrazy/fin-pojok]
Dalam wawancara eksklusif bersama Asia Presenter BBC News, Karishma Vaswani, Presiden Joko Widodo mengungkapkan penyesalan terbesar yang dilakukan pemerintahannya terkait pandemi Covid-19. https://t.co/xbyLiYcOoq pic.twitter.com/jysdCBsBB4
— BBC News Indonesia (@BBCIndonesia) October 30, 2021