DEMOCRAZY.ID - Penceramah Haikal Hassan menolak mentah-mentah rencana Pemerintah yang ingin menamakan salah satu jalan di Jakarta dengan nama tokoh sekuler Turki Mustafa Kemal Ataturk.
Menurut dia, wajar dia dan sebagian besar umat Islam di Tanah Air menolak rencana itu.
Lantaran Mustafa Kemal Ataturk adalah orang yang bertentangan dengan Pancasila dan musuh agama.
”Yang jadi masalah Ataturk itu tokoh diktator, tokoh sekulerisme, dan dunia sendiri mengakui kalau liberalisme itu tokohnya adalah dia,” kata Babe Haikal dikutip AKI, Senin 18 Oktober 2021.
Menurut Babe Haikal, di satu sisi, liberalisme, sekulerisme, sangat bertentangan dengan Pancasila dan Fatwa MUI tahun 2015. Ataturk juga yang disebut Haikal Hassan adalah orang yang menghancurkan Islam.
“Silakan kalau Turki mau bangga, tapi dia yang buat kehancuran Islam. Dulu Turki menguasai dunia, semenjak ada Kemal dan jadi presiden pertama Turki, jadi terpecah-pecah.”
“Dia menutup sekolah-sekolah Islam, lalu mengganti bahasa arab dengan bahasa Turki di sebagian masjid, dia musuh agama dan pancasila, karena sekularisme bertentangan dengan Pancasila,” katanya.
Dari sana sudah bisa ditebak, tak ada yang bisa dibanggakan dari Ataturk sebagai nama jalan di Ibu Kota.
Andaipun Pemerintah hendak menjalin kerjasama dengan Turki, Haikal meminta bisa masuk dari sektor lain, dan bukan dengan melibatkan nama itu.
“Kalau pererat kerjasama bukan urusan nama, di bidang perdagangan silakan, dia tokoh sekuler.”
Asal Usul Heboh Nama Mustafa Kemal Ataturk
Sebelumnya, Wagub DKI Ahmad Riza Patria mengatakan rencana penamaan salah satu ruas jalan di Ibu Kota dengan nama tokoh sekuler Turki, Mustafa Kemal Ataturk.
Riza belum bisa memastikan lokasi ruas jalan yang rencananya akan menggunakan nama presiden pertama Turki itu apakah di Menteng, Jakarta Pusat atau lokasi lain.
Walau begitu, Riza berjanji akan mengumumkan lokasi nama jalan yang rencananya bernama Ataturk itu dalam waktu dekat. “Nanti akan kami sampaikan,” ucap Riza.
Nama Mustafa Kemal Ataturk menjadi sebuah nama jalan di Jakarta, lanjut dia, merupakan keinginan kedua negara.
“Jadi memang ada keinginan dari kedua negara agar ada nama dari kita yang di Turki dan nama tokoh dari Turki di kita,” imbuh Riza.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam konferensi pers terkait kunjungan bilateral ke Turki pada 12 Oktober 2021 mengatakan Pemerintah Turki telah memberikan nama Jalan Ahmet Soekarno di Ankara.
“Pemerintah Turki telah menganugerahkan nama jalan di depan kantor KBRI Ankara yang baru dengan nama Jalan Ahmet Soekarno,” ucapnya.
Belum diketahui terkait realisasi rencana penamaan tokoh Turki tersebut yang diabadikan menjadi nama jalan di Jakarta.
Menlu Retno menyebutkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan rencananya akan berkunjung ke Indonesia pada awal 2022.
Meski begitu rencana lawatan orang nomor satu di Turki itu masih dalam tahap persiapan. [Democrazy/hops]