AGAMA POLITIK

Gaduh Menag Era Jokowi: Cadar, Langgam Jawa hingga Hadiah NU

DEMOCRAZY.ID
Oktober 25, 2021
0 Komentar
Beranda
AGAMA
POLITIK
Gaduh Menag Era Jokowi: Cadar, Langgam Jawa hingga Hadiah NU

Gaduh Menag Era Jokowi: Cadar, Langgam Jawa hingga Hadiah NU

DEMOCRAZY.ID - Sejumlah Menteri Agama di era kepemimpinan Jokowi sejak 2014 kerap kali melontarkan pernyataan bernada kontroversi, memicu polemik di tengah masyarakat.


Menteri Agama pertama di era Jokowi yakni Lukman Hakim Saifuddin. Dia juga tak lepas dari kontroversi. 


Lukman yang menjabat sejak 2014-2019 sempat menjadi inisiator pembacaan Alquran dengan langgam Jawa di peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad di Istana Negara pada Mei 2015.


Lukman beralasan tujuan pembacaan Alquran dengan langgam Jawa untuk memelihara tradisi Nusantara dalam menyebarluaskan ajaran Islam di Tanah Air. 


Namun, beberapa pihak mengkritik keras langkah Lukman tersebut. Lukman pada akhirnya meminta maaf ke publik usai polemik tersebut.


Masuk ke periode dua kepemimpinan Jokowi, eks Menteri Agama Fachrul Razi turut menyita perhatian. 


Masa jabatan Fachrul sebagai Menag tak berlangsung lama. Ia hanya menjabat sejak 23 Oktober 2019 hingga 23 Desember 2020.


Fachrul dikenal kerap melontarkan pernyataan bernada kontroversial. Salah satunya terkait radikalisme. 


Tak lama usai dilantik Jokowi, Fachrul menyatakan ingin membatasi penggunaan cadar dan celana cingkrang di instansi pemerintah dengan alasan keamanan.


"Kita tidak melarang niqab, tapi melarang untuk masuk instansi-instansi pemerintah, demi alasan keamanan," ucap Fachrul sebuah lokakarya di Jakarta, 30 Oktober 2019.


Pernyataan itu sontak menuai polemik dan kritik keras dari masyarakat. 


Fachrul diminta tak mengaitkan cara berpakaian seseorang dengan gerakan radikalisme karena berpotensi membentuk stigmatisasi di masyarakat. 


Tak hanya soal cadar, Fachrul turut menuai polemik terkait rencana program sertifikasi penceramah di Kemenag. Ia menilai program tersebut untuk merespons gerakan radikalisme.


Fachrul berlasan sertifikasi penceramah lantaran banyak penceramah yang membodohi umat dengan menggunakan dalil-dalil agama. Program itu akhirnya resmi diluncurkan pada 18 September 2020. 


Seiring berjalannya waktu, program sertifikasi penceramah itu berganti nama menjadi program penguatan kompetensi penceramah agama.


Fachrul kembali menjadi perbincangan publik ketika menyampaikan peringatan soal paham ekstrem keagamaan yang menolak NKRI dan Pancasila pada awal September. 


Menurutnya, paham keagamaan ekstrem ini bisa terjadi di masjid dengan cara disusupi melalui seseorang hafiz yang 'good looking'.


"Caranya masuk mereka gampang, pertama kirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arabnya bagus, hafiz, lalu mereka mulai masuk," kata Fachrul saat acara peluncuran aplikasi 'ASN No Radikal' Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Belakangan, Fachrul menyampaikan permohonan maaf karena mengira pernyataan itu hanya untuk internal ASN.


Jokowi lantas melakukan kocok ulang kabinet pada Desember 2020. Yaqut Cholil Qoumas menggantikan Fachrul sebagai Menteri Agama. 


Saat menjabat, politikus PKB itu juga tak lepas dari kontroversi. Salah satunya soal memberikan ucapan selamat hari raya Naw Ruz kepada Agama Baha'i.


Baha'i adalah sebuah agama yang lahir di Persia pada 23 Mei 1844. 


Agama itu masuk ke Indonesia pada 1878. Pihak MUI mengkritik keras ucapan Yaqut dan mengingatkan agar tak offside.


Baru-baru ini, Yaqut melontarkan pernyataan bahwa Kemenag merupakan hadiah untuk Nahdlatul Ulama, bukan untuk umat Islam secara umum.


Yaqut menyebut Kemenag didirikan usai penghapusan tujuh kata Piagam Jakarta dalam perumusan Pancasila. 


Saat itu, ucapnya, juru damai atas penghapusan tujuh kata dalam Piagam Jakarta kalau itu adalah tokoh NU.


Pernyataan itu lantas memancing reaksi dari ormas-ormas Islam. Tokoh MUI, PBNU dan Muhammadiyah telah mengkritisi ucapan Yaqut tersebut. Mereka mengatakan bahwa Kemenag merupakan hadiah untuk semua agama. [Democrazy/cnn]

Penulis blog