DEMOCRAZY.ID - Ketua DPR RI Puan Maharani dikritik Forum Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) karena terbang ke Austria untuk menghadiri Fifth World Conference of Speakers of Parliament (WCSP) di tengah pandemi. Puan pun dibela anggota DPR RI Fraksi PDIP Rahmad Handoyo.
Handoyo mengatakan hadirnya Puan di forum tersebut merupakan momentum yang sangat baik.
Sebab, kata dia, pertemuan ketua parlemen sedunia adalah momentum untuk memperjuangkan secara bersama-sama pengendalian COVID-19 seluruh dunia.
"Mengapa demikian? Tidak mungkin pengendalian COVID-19 dilakukan hanya beberapa negara, namun dilakukan pengendaliannya secara serentak bersama-sama dan bergotong royong seluruh dunia," kata Handoyo kepada wartawan, Senin (6/9/2021).
Dia menyebut Puan akan memperjuangkan bagaimana keadilan dunia untuk mendapatkan akses vaksin Corona demi mengakhiri pandemi.
Dia mengatakan kehadiran Puan juga khususnya mendapatkan akses kebutuhan vaksin untuk Indonesia.
"Tidak boleh akses vaksin diperuntukkan hanya negara produsen ataupun negara yang mampu beli vaksin saja. Di sinilah momentum yang tepat untuk mengakhiri COVID secara bersama-sama seluruh negara sehingga dibutuhkan keadilan bagi seluruh dunia untuk akses mendapatkan vaksin demi menyelesaikan pandemi," ucapnya.
Handoyo menilai pertemuan Puan dan ketua parlemen sedunia di Austria sangat penting.
Sebab, Puan mendapatkan kehormatan sebagai pembicara kunci dalam pertemuan ini.
"Karena selain ini (bahas mitigasi pandemi), juga akan dibahas isu-isu penting lainnya bagi Indonesia dan dunia. Antara lain isu solusi dampak pandemi terhadap pembangunan berkelanjutan, isu multilateralisme untuk perdamaian, isu kesetaraan gender, dan yang tak kalah penting adalah membawa Indonesia dalam kerja sama antarparlemen negara-negara lain," jelasnya.
Puan Dikritik Formappi
Formappi mengkritik Ketua DPR RI Puan Maharani yang terbang ke Austria untuk menghadiri Fifth World Conference of Speakers of Parliament (WCSP). Formappi menilai kehadiran Puan secara langsung bukan hal yang urgen.
"Dari sisi urgensi, saya tak melihat kehadiran Puan di Forum IPU itu juga sangat-sangat krusial. Jika untuk membuka jejaring saja, saya kira kehadiran fisik bukan pilihan satu-satunya di situasi PPKM seperti sekarang. Jejaring justru mungkin akan lebih efektif di masa seperti ini menggunakan instrumen teknologi informasi. Diplomasi juga bisa kok dilakukan secara virtual di tengah situasi seperti ini," ujar Peneliti Formappi, Lucius Karus, kepada wartawan, Senin (6/9).
Lucius mengatakan DPR sebenarnya sudah bersikap dengan bijak saat menangguhkan kunjungan kerja di tengah pandemi Corona.
Namun keberangkatan Puan ke Austria dinilai memberikan pesan kunjungan kerja kembali dilakukan dan memberi peluang anggota DPR lainnya melakukan hal serupa.
Lucius menilai tak ada legitimasi yang cukup bagi Puan untuk berbicara di forum internasional.
Hal ini dikarenakan belum adanya sumbangsih nyata dari kepemimpinan Puan bagi perubahan bangsa.
"Dengan catatan itu sesungguhnya tak ada legitimasi yang cukup bagi Ketua DPR untuk berbicara dengan lantang di forum internasional. Kinerja lembaga yang dipimpinnya belum cukup memperlihatkan sumbangsih nyata dari pelaksanaan fungsi mereka bagi perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Dengan bekal kinerja lembaga yang buruk itu tentu tak ada alasan untuk menunjukkan diri pada dunia. Kecuali kalau mau bicara mimpi-mimpi dan jargon-jargon saja sih," tuturnya. [Democrazy/dtk]