PERISTIWA

Kaki AH Nasution Berada di Atas Meja Saat Rapat dengan Soeharto, Ternyata Ada Cerita di Baliknya

DEMOCRAZY.ID
September 28, 2021
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
Kaki AH Nasution Berada di Atas Meja Saat Rapat dengan Soeharto, Ternyata Ada Cerita di Baliknya

Kaki AH Nasution Berada di Atas Meja Saat Rapat dengan Soeharto, Ternyata Ada Cerita di Baliknya

DEMOCRAZY.ID - Patung-patung penumpas PKI di Markas Kostrad dibongkar oleh Letjen (Purn) Azmyn Yuri Nasution (AY Nasution). 


Dibongkarnya patung ini menyulut prasangka Jenderal (Purn) TNI Gatot Nurmantyo bahwa PKI bangkit, meski tidak betul. Ada yang menarik di patung itu.


Sebelum dibongkar, tiga patung penumpas PKI ada di Museum Dharma Bhakti, Markas Kostrad, Gambir, Jakarta Pusat. 


Tiga patung itu masing-masing ada ada patung Mayjen Soeharto sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad), Kolonel Sarwo Edhie Wibowo sebagai Komandan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), dan Jenderal Abdul Haris (AH) Nasution selaku Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata.


Nampak dari patung diorama itu, Soeharto mengacungkan telunjuk saat berbincang dengan Sarwo Edhie Wibowo. 


Yang menarik, kaki kiri patung AH Nasution diangkat di atas meja. 


Kenapa kakinya diangkat ke meja?


Adegan diorama ini persis diperagakan di film 'Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI', atau biasa disebut sebagai 'film G30S/PKI'. 


Film berdurasi hampir 5 jam ini disutradarai Arifin C Noer. Jelas, film ini lebih dulu ketimbang diorama di Kostrad. 


Film ini dirilis tahun 1984 dan diorama itu dibikin saat AY Nasution menjadi Panglima Kostrad pada 2011-2012.


Kaki AH Nasution Berada di Atas Meja Saat Rapat dengan Soeharto, Ternyata Ada Cerita di Baliknya


Di film G30S/PKI, adegan Soeharto, AH Nasution, dan Sarwo Edhie ada pada bagian seperempat terakhir film. 

Ruangan yang menjadi lokasi peristiwa ini adalah ruangan Panglima Kostrad (Pangkostrad), dijabat Soeharto.

Di dalam ruangan, sudah ada Soeharto dan AH Nasution. AH Nasution duduk di sofa panjang warna merah. Tangannya memegang tongkat. 

Kaki kirinya naik ke meja rendah, diperban. Inilah sebabnya kaki AH Nasution digambarkan naik ke meja, yakni karena kakinya sakit.

Ada apa dengan kaki kiri AH Nasution?

Soal kaki kiri AH Nasution yang digambarkan sakit dan naik meja, Soeharto sempat menceritakannya. 

Cerita Soeharto ada di buku 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya', dieditori G Dwipayana dan Ramadhan KH.

AH Nasution sudah ada di markas Kostrad sejak pukul 17.30 WIB sore, atau sebelum Sarwo Edhie datang. 

Kakinya mengalami cedera karena ditembak pasukan PKI yang dipimpin Djahurup. Penembakan itu terjadi saat pasukan PKI menyerang rumahnya. 

Nasution bisa melarikan diri. Kostrad adalah tempat aman bagi Nasution untuk menyelamatkan diri.

Dikutip dari buku 'Kegagalan Kudeta G30S PKI: Berdamai dengan Sejarah' karya M Fuad Nasar, pasukan Cakrabirawa menyerang rumah Nasution pada malam 30 September 1965. 

Pada momen dua atau tiga menit itu, Nasution ditembaki di pintu dari jarak 1 meter, kemudian dia meloncat tembok di bawah tembakan-tembakan. 

Dia melihat putrinya, Ade Irma Suryani berlumuran darah. Nasution dapat menyelamatkan diri meski kaki mengalami luka tembak.

Ada pula cerita soal cedera kaki AH Nasution, sebagaimana dikutip dari buku 'Kehormatan Bagi Yang Berhak: Bung Karno Tidak Terlibat G30S/PKI' karya Manal Sophiaan. 

Diceritakan, AH Nasution menyelamatkan diri dari rumahnya yang disambangi Cakrabirawa, bahkan sebelum Cakrabirawa mencapai rumahnya. Dia disuruh istrinya melarikan diri. 

AH Nasution keluar rumah lewat lubang angin dan terjun ke pekarangan Kedutaan Besar Irak yang berdampingan dengan rumahnya. 

Kaki AH Nasution terkilir sewaktu melompat ke tanah. 

Di lokasi itu, Nasution masih bisa mendengar suara tembakan yang ternyata mengenai putrinya, Ade Irma Suryani.

"Saya sudah mendengar apa yang telah terjadi dengan beliau dan saya pun sudah memerintahkan untuk mencari keterangan lebih jauh tentangnya. Saya sambut waktu Jenderal Nas sampai. Saya memapahnya sampai masuk ruangan. Maklumlah, kakinya cedera," kata Soeharto sebagaimana ditulis di buku 'Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya'.

Singkat cerita, petang berganti malam. Soeharto berpikir keras soal strategi mengamankan situasi dari PKI. 

Begini petikan dalam buku itu:

Saya sedang mondar-mandir, berjalan sambil berfikir, "Apa Selanjutnya?". Jenderal Nasution duduk di kursi sambil meletakkan kakinya yang satu, yang sakit, di atas meja.

Tiba-tiba Sarwo Edhie muncul dan lapor. 'Pak Harto, apa jadi kita melaksanakan rencana menguasai Halim? Agar gerakan pasukan jangan kesiangan dan untuk menghindari pertempuran." [Democrazy/detik]

Penulis blog