DEMOCRAZY.ID
DEMOCRAZY.ID - Dokter Lois Owien telah ditangkap dan dijadikan tersangka oleh pihak Kepolisian RI. Ia dianggap menyebarkan hoaks terkait COVID-19.
Belakangan, setelah ia dijadikan tersangka, publik menyorot nama Jenderal TNI Made Datrawan yang kerap disebut-sebut oleh dr Lois di dalam unggahannya di media sosial.
Setiap kali menyebut nama Jenderal Made Datrawan, dr Lois menyertainya dengan foto tangkapan layar percakapan mereka di WhatsApp.
Bahkan, dalam satu cuitannya di Twitter, dr Lois menyebut bahwa Jenderal Made Datrawan menilai dirinya sebagai dokter paling jenius dalam sejarah kedokteran di dunia.
"Tanyakan siapa saya kepada Jenderal Made Datrawan dan Komjen Dharma. Maka jawabnya: dokter paling jenius sepanjang sejarah kedokteran dunia! Karena terbukti membantu banyak negara di dunia agar bisa merdeka dari pandemi rekayasa ini!" cuit dr Lois di Twitter, @LsOwien beberapa waktu lalu.
Pada sebuah foto yang beredar di media sosial, Jenderal Made Datrawan terlihat sedang bersalaman dengan Presiden Jokowi.
Di situ ia memakai seragam dinas tanpa penutup kepala.
Ia tersenyum memandang ke arah Jokowi dan Jokowi pun membalasnya dengan senyuman.
Merespons pengakuan dr Lois, seorang dokter bernama Mohammad Muchlis, mengaku bertemu dengan seorang pasien yang kakeknya merupakan rekan dari Jenderal Made Datrawan.
Dokter Mohammad Muchlis mengaku mendapat titipan klarifikasi dari Jenderal Made Datrawan terkait pengakuan dr Lois, yang isinya membenarkan bahwa sang jenderal pernah bertemu dengan dr Lois.
Saat bertemu, Jenderal Made Datrawan meminta dr Lois untuk membuat naskah ilmiah tertulis mengenai hasil risetnya tentang COVID-19.
Akan tetapi, naskah tersebut dikatakan tidak kunjung ditulis oleh dr Lois.
Seperti diketahui, dr Lois awalnya ditahan oleh Polda Metro Jaya pada Minggu (11/7/2021).
Ia dianggap menyebarkan kabar palsu terkait COVID-19.
Kemudian, hari Senin, ia diserahkan ke Bareskrim Polri dan ditetapkan sebagai tersangka.
Seperti diketahui, Dokter Lois memandang bahwa COVID-19 tidak berbahaya dan tidak mematikan.
Yang membuat banyak orang mati selama masa pandemi ini, kata dia, adalah karena adanya interaksi antarobat di dalam tubuh orang-orang yang mati tersebut. [Democrazy/bkn]
