KRIMINAL PERISTIWA

Begini Kronologi Lengkap Keluarga Pasien Covid-19 Nekat Tusuk Perawat RSUD Ambarawa

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
KRIMINAL
PERISTIWA
Begini Kronologi Lengkap Keluarga Pasien Covid-19 Nekat Tusuk Perawat RSUD Ambarawa

Begini Kronologi Lengkap Keluarga Pasien Covid-19 Nekat Tusuk Perawat RSUD Ambarawa

DEMOCRAZY.ID - Seorang laki-laki keluarga pasien di Rumah Sakit dr Gunawan Mangun Kusumo atau RSUD Ambarawa, Kabupaten Semarang, warga Pringapus, mengamuk di rumah sakit milik pemerintah daerah itu, Jumat (23/7/2021) sore. 


Pelaku sudah ditangkap anggota Polsek Ambarawa.


Akibatnya, dua orang perawat RSUD Ambarawa, Sinta Mega dan Edy Gunadi mengalami luka robek di bagian tangan setelah terkena sabetan gunting. 


Manager Ruang isolasi Anyelir RSUD Ambarawa, Meisasi Widyastuti dalam keterangan tertulisnya menjelaskan, peristiwa itu bermula ketika pasien Nyoya NH yang mengalami pneumonia reaktif Covid-19 hasil rapid antigen.


Pasien mengakami penurunan kesadaran dan hipertensi pada Jumat (23/7/2021) dini hari sekira pukul 00.30 WIB. 


Pasien datang dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan kesadaran sopor terpasang NRM 15. 


Sebelum pasien masuk ruang isolasi Anyelir, petugas melakukan edukasi ulang terkait tata tertib dan segala risiko serta konsekuensi kepada pihak keluarga pasien. 


"Keluarga tampak bimbang karena tidak diizinkan untuk menunggu atau menjenguk pasien. Selanjutnya keluarga minta agar pasien segera diantar ke kamar," ujar Meisasi.


Setelah edukasi, keluarga meminta waktu untuk bermusyawarah dan akhirnya menyetujui tata tertib dirawat diisolasi dengan mengajukan permintaan.


"Permintaannya, keluarga ingin mengakses langsung CCTV ruang isolasi, menerima laporan rutin ttv (pemeriksaan vital) pasien, dan pasien diberi minum setiap 10 menit," terangnya.


Kemudian tim medis kembali mengedukasi pihak keluarga dan menjelaskan bahwa CCTV tidak bisa diakses oleh keluarga, namun jika ingin menanyakan keadaan pasien bisa langsung ke nurse station. 


Mendapat penjelasan itu, suami pasien menilai tata tertib ini tidak masuk akal dan menuding sebagai rekayasa. 


Kemudian pukul 00.40 WIB, tim medis melakukan monitoring pasien. 


Saat itu kesadaran sopor TD 80/50. HR 120. SPO2 81 persen dan dilakukan tindakan pemasangan oksigen doble NRM 15 lpm + NC 5 lpm. Hasil evaluasi, TD pasien naik 120/70. SpO2 91.


Sekitar pukul 01.55 WIB, keluarga menanyakan ttv pasien. 


Keluarga juga menanyakan kenapa saturasi bisa turun dan langsung menerobos masuk ke ruang isolasi.


"Pukul 02.00 WIB, keluarga menerobos masuk, marah-marah ingin menunggui pasien dan memaksa agar dipindahkan ke IGD lagi. Setelah koordinasi dengan IGD dan supervisi, kemudian pasien dibawa ke IGD lagi," ujarnya.


Selang satu jam kemudian, keluarga meminta agar pasien dipindahkan ke Ruang Anyelir. 


Petugas pun melakukan edukasi ulang kepada adik pasien di Ruang Anyelir terkait dengan kesanggupan mematuhi tata tertib atau aturan di ruang isolasi. Keluarga menyatakan sanggup mematuhi


Selanjutnya pada pukul 03.30 WIB, petugas kembali melakukan edukasi kepada suami pasien dan adik di ruang IGD dan mengabarkan bahwa kondisi pasien kritis. 


Mendengar hal itu, keluarga tampak bimbang. 


Selanjutnya petugas mempersilakan untuk berdiskusi sampai ditemukan kesepakatan antaranggota keluarga.


"Jam 04.30 WIB, adik pasien beserta anggota keluarga meminta ke tim medis agar pasien dirawat di ruang isolasi kembali jikalau pasien sudah sadarkan diri dan meminta dr DPJP untuk rutin memeriksa pasien ke IGD," katanya.


Kemudian 10.10 WIB, pasien dibawa lagi ke ruang isolasi dan perawat kembali memberi edukasi kepada keluarga tentang kondisi pasien dan tata tertib di ruang isolasi. 


Pada pukul 12.30 WIB, perawat mengabarkan  kondisi pasien yang semakin menurun, SpO2 40% - 50% dan suami pasien memahami dan menerima.


Sekitar pukul 13.45 WIB, kondisi pasien menurun dan perawat mencari keluarga di ruang tunggu tapi tidak ketemu. 


Perawat Krisna menghubungi keluarga melalui telepon seluler dan informasi tersebut diterima oleh adik pasien. Pada pukul 14.00 WIB, pasien dinyatakan meninggal.


Tak lama kemudian, suami pasien datang dan dokter serta perawat memberitahukan bahwa pasien tidak bisa tertolong dan memberi penjelasan tentang prosedur pemulasaraan jenazah secara protokol Covid-19. Suami pasien bisa menerima penjelasan dokter.


Namun adik pasien menyatakan tidak setuju untuk pemulasaraan jenazah secara protokol Covid-19 dan menghendaki jenazah dibawa pulang serta disucikan sendiri di rumah. 


Dokter jaga, perawat didampingi satpam memberikan penjelasan tentang konsekwensi dan resiko jika jenazah di pulasara sendiri di rumah. Namun keluarga masih ngotot dan tidak mau menerima.


"Sekitar pukul 15.00 WIB, keluarga pasien memaksa masuk untuk melihat dan memfoto jenazah pasien di dalam ruang isolasi tapi ditahan oleh satpam. Keluarga pasien tidak terima," ujar Meisasi.


Kemudian keluarga pasien diberi penjelasan bahwa nanti salah satu keluarga diperbolehkan untuk ikut pulasara jenazah di kamar jenazah dan akan difasilitasi dengan penggunaan APD (alat pelindung diri).


Tiba-tiba satu orang keluarga pasien (pelaku) mengambil gunting di nurse station dan memukul-mukul meja nurse serta mengacungkan gunting dalam posisi terbuka. 


"Perawat (Sinta Mega dan Edy Gunadi) berusaha menahan gunting agar tidak di gunakan untuk melukai orang lain. Pelaku semakin berontak dan mengakibatkan luka pada tangan perawat tersebut. Akhirnya pelaku diamankan oleh banyak orang dan dibawa ke Polsek Ambarawa," pungkasnya. [Democrazy/okz]

Penulis blog