EKBIS

Kritik Kedatangan Ratusan TKA Cina ke Indonesia, Marwan Batubara: Faktanya Beberapa Ada yang Bukan Tenaga Ahli!

DEMOCRAZY.ID
Maret 12, 2024
0 Komentar
Beranda
EKBIS
Kritik Kedatangan Ratusan TKA Cina ke Indonesia, Marwan Batubara: Faktanya Beberapa Ada yang Bukan Tenaga Ahli!

Kritik-Kedatangan-Ratusan-TKA-Cina-ke-Indonesia-Marwan-Batubara-Faktanya-Beberapa-Ada-yang-Bukan-Tenaga-Ahli

DEMOCRAZY.ID - Video kedatangan yang diduga para  Tenaga kerja Asing atau TKA asal China tiba di bandara Soekarno Hatta, dikritik oleh Marwan Batubara.

Pengamat Tenaga Kerja di Indonesia, Marwan Batubara mengungkapkan jika ia memiliki data-data perihal tenaga kerja asing tersebut. 


Ia heran dari data tersebut diketahui, jika tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia ternyata bukan seluruhnya tenaga kerja ahli.


Marwan merasa heran dengan perlakuan rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap TKA asal Republik Rakyat China (RRC).


“Sewaktu pandemi Covid-19, rezim (rezim Presiden Jokowi) begitu strict terhadap warganya sendiri, tapi tetapi terhadap TKA asal Republik Rakyat China (RRC) atau TKA China ini terjadi sebaliknya,” kata Marwan yang dari kanal YouTube Bang Edy yang disiarkan Sabtu 8 Mei 2021.


Marwan menganggap apa yang dilakukan rezim Presiden Jokowi semata-mata untuk mempersatukan antara kekuatan rezim Presiden Jokowi, pengusaha, dan investor asal Republik Rakyat China (RRC).


Menurut Marwan, bersatunya rezim Presiden Jokowi, pengusaha, dan investor asal Republik Rakyat China (RRC) bertujuan untuk meloloskan diri dari aturan yang berlaku untuk orang-orang pribumi.


“Ada kebohongan publik yang dilakukan oleh rezim. Salah satunya oleh Luhut Binsar Panjaitan yang merupakan Menko Kemaritiman dan Investasi,” ungkap Marwan.


Kebohongan yang dimaksud Marwan adalah terkait pernyataan Luhut yang menyebut bahwa TKA asal Republik Rakyat China (RRC) hanya diprioritaskan untuk dijadikan sebagai tenaga ahli.


Hal tersebut, menurut Marwan, dapat dibuktikan dengan data sebaran TKA di PT. OSS dan PT. VDNI.


“Di VDNI, kita berhasil menemukan 90 persennya hanya lulusan SD, SMP, dan SMA. Sementara S1 dan D3 yang disebut sebagai ahli hanya sekitar 9 persen,” jelas Marwan. [Democrazy/sra]

Penulis blog