AGAMA KRIMINAL PERISTIWA

Pengamat: Semua Agama Sediakan Teks yang Berpotensi Dijadikan Legitimasi Kekerasan

DEMOCRAZY.ID
Maret 13, 2024
0 Komentar
Beranda
AGAMA
KRIMINAL
PERISTIWA
Pengamat: Semua Agama Sediakan Teks yang Berpotensi Dijadikan Legitimasi Kekerasan

Pengamat-Semua-Agama-Sediakan-Teks-yang-Berpotensi-Dijadikan-Legitimasi-Kekerasan

DEMOCRAZY.ID - Robi Sugara, Pengamat Terorisme FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan bahwa terorisme berkaitan dengan ajaran-ajaran agama.

Menurutnya, semua agama memiliki teks-teks yang berpotensi digunakan para pengikutnya sebagai landasan atau legitimasi untuk melakukan kekerasan.


“Kalau saya percaya bahwa teroris itu adalah orang-orang yang kemudian, apa namanya, membajak agama. Jadi, bukan tidak ada kaitan dengan agama,” kata Argo dalam video yang diunggah kanal YouTube RKN Media pada Rabu, 31 Maret 2021.


“Agama ini menyediakan, saya kira seluruh agama menyediakan teks-teks yang berpotensi digunakan oleh pengikutnya untuk dijadikan sebagai aksi kekerasan atau legitimasi kekerasan dan lain sebagainya,” lanjutnya.


Robi mengatakan bahwa peristiwa bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar pada Minggu, 28 Maret 2021 adalah salah contoh di mana pelaku menggunakan agama untuk melakukan kekerasan.


“Yang di Makassar itu adalah salah satu yang diperlihatkan, dicontohkan, bahwa ini adalah contoh orang-orang yang menggunakan agama, membajak agama untuk kepentingan kekerasan,” ujarnya.


Lebih lanjut, Robi menilai bahwa pelaku pengeboman di Makassar telah memiliki indikasi bahwa ia memang termasuk pada kelompok-kelompok garis keras atau takfiri.


Ia menyimpulkan hal tersebut dari berita yang ia baca bahwa pelaku mengkritisi orang tuanya yang melakukan barzanji.


“Misalkan dia mengkritisi orang tuanya, amalan-amalan orangtuanya, saya baca di media. Ini sebenarnya tidak asing bagi saya. Misalkan dia mengkritisi pembacaan barzanji. Barzanji itu kisah akhlak yang baik dari Nabi Muhammad, yah..” ujar Robi


“Bagi kelompok-kelompok yang puritan ini, ini tidak ada ajaran di Islam seperti itu. Makanya mereka mengkritisi. Ini salah satu pertanda sebenarnya bahwa mereka sudah masuk pada wilayah-wilayah kelompok keras yang kita juga kenal kelompok mereka disebut kelompok takfiri, yang mengkafir-kafirkan,” lanjutnya.


Robi pun menjelaskan bagaimana seseorang dapat berproses menjadi teroris. 


Menurutnya, itu tidak terlepas dari narasi-narasi yang dikembangkan soal ajaran-ajaran agama yang kemudian membuat seseorang mengalami radikalisasi.


“Please, jangan menutup mata bahwa ini tidak terkait dengan narasi-narasi yang dikembangkan. Itu di dalam, yang sumbernya ini adalah dalam teks-teks keagamaan,” tegasnya. [Democrazy/trkn]

Penulis blog