DEMOCRAZY.ID
Hal itu ia bahas kembali di kanal YouTube Bang Arief baru-baru ini saat diwawancarai oleh pemilik kalan tersebut.
Amien sebelumnya menggambarkan kondisi yang dihadapinya saat masa reformasi pada tahun 1998 silam.
Amien menilai pada saat itu, gerakan untuk melengserkan Presiden RI ke-2, Soeharto terbilang susah mengingat komunikasi sangat terbatas.
“Jadi begini, waktu itu tahun 1998 kan seperti spontan saja. Enggak ada itu yang pegang komando, dan belum ada smartphone, jadi terbatas sekali ya,” kata Amien Rais, Minggu, 4 April 2021.
Mantan politisi senior PAN kemudian berkata bahwa waktu itu generasi muda bahkan sampai ibu-ibu saling membantu dalam pergerakan tersebut.
“Tiba-tiba mahasiswa-pemuda, ratusan ribu, bergerak ke gedung MPR dan ibu-ibu hidangkan makanan. Jadi ada semacam national feel bahwa ‘enough is enough’,” ucapnya.
“Karena semua yang berdarah-darah, Allah sepertinya tidak (menyetujuinya). Jadi, andaipun bertahan (pemerintahan saat ini) saya kira kelihatannya ada kehendak rakyat yang sudah sedemikian rupa, saya kira tidak (sampai 2024). Mungkin seperti itu, wallahualam,” tuturnya.
Ia pun menuturkan pernyataannya soal Presiden Jokowi yang sebaiknya menghabiskan masa jabatannya sampai 2024.
"Cuma harapan saya, ini tulus ya, sebaiknya memang Pak Jokowi (Joko Widodo) ini sampai 2024, sampai selesai,” ucap mantan Ketua MPR ini.
“Kalau yang tidak suka ya tunggu dulu. Kecuali kalau sudah kebangetan ya saya kira harus kita pelihara supaya periode lima tahun sekali jadi pegangan kita,” paparnya.
Amien Rais bermaksud agar Jokowi tak diturunkan saat masih menjabat, itu dapat merusak ritme yang sudah diatur.
“Jadi tidak seharusnya diturunkan di tengah jalan, nanti merusak ritme lima tahunan," imbuh Amien.
Kemudian ia berpesan agar tak bermimpi soal perpanjangan masa jabatan presiden menjadi 3 periode.
"Dan saya pesan, jangan mimpi tiga periode,” pungkas Amien. [Democrazy/trk]
