PERISTIWA

Ibu Tien Soeharto Penggagas TMII, Benarkah Mati Ditembak Anak Sendiri? Mbak Tutut Beberkan Fakta

DEMOCRAZY.ID
April 09, 2021
0 Komentar
Beranda
PERISTIWA
Ibu Tien Soeharto Penggagas TMII, Benarkah Mati Ditembak Anak Sendiri? Mbak Tutut Beberkan Fakta

Ibu-Tien-Soeharto-Penggagas-TMII-Benarkah-Mati-Ditembak-Anak-Sendiri-Mbak-Tutut-Beberkan-Fakta

DEMOCRAZY.ID - Nyaris 25 tahun berlalu, nyatanya kepergian penggagas Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yakni almarhumah Ibu Raden Ayu Siti Hartinah Siti Hartina atau Ibu Tien Soeharto, masih cukup membuat publik penasaran.

Selama berpuluh-puluh tahun beredar kabar bahwasanya istri dari mantan presiden Soeharto itu meninggal karena tertembak anak sendiri, akhirnya sang putri, yakni Mbak Tutut, angkat bicara.


Adapun pengakuan tersebut pertama kali ia sampaikan pada bulan April 2020 lalu melalui sebuah tulisan cukup panjang.


Seperti diketahui, TMII yang pembukaannya diresmikan oleh Soeharto pada 25 April 1975 atas cetusan ide Ibu Tien kini diambil alih oleh Pemerintah.


Membicarakan TMII, tentu saja membuat sebagian besar orang kembali mengingat sosok Ibu Tien di masa lampau yang diisukan meninggal karena peluru nyasar anak kandungnya sendiri. 


Lantas, benarkah hal itu?


Walaupun kepergian Ibu Tien sudah puluhan tahun, tetapi gosip atau cerita penyebab kematiannya masih sering muncul dan membuat banyak orang salah mengira.


Bagaimana tidak? Marak disebut bahwa kematiannya disebabkan karena dua putranya, yakni Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto dan Bambang Trihatmojo.


Menepis isu itu, anak sulung Soeharto dan Ibu Tien, yakni Siti Hardiyanti Rukmana alias Mbak Tutut pun mengungkapkan fakta sebenarnya perihal kematian sang ibu pada 28 April 1996 silam.


Melalui tulisan panjang yang dimuat di website dan akun media sosial pribadinya, Mbak Tutut pun meluruskan kabar miring yang beredar selama berpuluh tahun belakangan.


"Lalu saya mendengar berita tersebar bahwa ibu wafat karena tertembak oleh adik-adik saya," ujar Mbak Tutut sebagaimana dalam tulisan yang dimuat di website khusus dan juga akun Instagram-nya, pada Jumat, 9 April 2021.


Mbak Tutut mengaku heran bahwa kemudian yang muncul cerita penyebab kematian Ibu Tien Soeharto justru karena terkena tembakan Tommy Soeharto atau Bambang Soeharto.


"Saya heran, siapa manusia yang tega menyebarkan berita keji tersebut. Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi. Tadinya saya akan diamkan saja. Tapi rasanya berita itu semakin diulang-ulang ceritanya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," sambungnya.


Jadi, penasaran bagaimana isi tulisan panjang Mbak Tutut yang mengungkap fakta sebenarnya di balik kepergian Ibu Tien Soeharto?


Berikut democrazy.id telah merangkumnya melansir dari website tututsoeharto.id yang diberi judul "24 TAHUN YANG LALU - TUTUT SOEHARTO" dan dimuat pertama kali pada 29 April 2020 silam:


Dua puluh empat (24) tahun yang lalu, tepatnya tanggal 28 April 1996, Ibu kami tercinta telah dipanggil Allah SWT. Pada saat itu saya sedang bertugas memimpin sidang organisasi donor darah dunia (di Prancis dan Kemudian di London). Alhamdulillah, pada saat itu saya menjabat sebagai Presiden Donor Darah Dunia.


Betapa terkejut ketika saya mendengar berita ibu telah tiada. Pada saat saya berangkat, ibu masih segar bugar. Mendengar kabar lelayu (berita Ibu wafat), saya langsung kembali ke Jakarta. Itulah perjalanan paling lama yang saya rasakan selama saya bepergian.


Penerbangan yang saya dapat waktu itu SQ, dan harus berhenti si Singapore. Untuk mempercepat waktu, suami saya menjemput saya di Singapore. Kami langsung menuju ke Solo. Jenazah ibu sudah ada disana.


Setelah bertemu ibu dan bapak, kami berangkat ke makam di Giribangun. Saya menemani bapak satu mobil. Di dalam perjalanan menuju makam, dengan suara yang dalam, tiba-tiba bapak bercerita.


"Ibumu pagi itu, mengeluh."

"Bapak, aku kok susah nafas yo."

"Bapak tanya mana yang sakit bu."

Ibumu bilang "Ora ono sing loro (tidak ada yang sakit), mung susah nafas pak (hanya susah nafas pak)".


Bapak bertanya lagi, “Dadanya sakit nggak bu?”

Ibumu berbisik “ Ora ono (tidak ada).”

Bapak rebahkan ibu dengan bantal yang agak tinggi, karena ibumu susah nafasnya.

Bapak panggil ajudan untuk segera menyiapkan ambulans. Ibu harus dibawa ke rumah sakit segera.


Saya mencoba bertanya ke bapak “Jadi ibu tidak mengeluh sakit sedikitpun pak?”

Bapak menjawab dengan tegas, “Tidak, ibu hanya mengatakan susah nafas.”

“Jam berapa itu pak?” saya bertanya.

“Kurang lebih jam 3” kata bapak. Berarti setelah bapak sholat tahajut.


Kemudian bapak melanjutkan ceritanya, “Di dalam perjalanan, ibumu sudah tidak sadar. Sampai di rumah sakit, semua dokter sudah berusaha untuk membantu ibumu. Tapi, Allah berkehendak lain.”


Bapak terdiam tidak bicara lagi. Sepertinya, bapak ingin mengungkapkan perasaan hati yang kehilangan ibu dengan bercerita.


Tak dapat saya bendung air mata saya.


Bapak dan ibu tak pernah berjauhan. Beliau berdua saling mencinta, saling mendukung, dan saling membantu. Begitu yang satu tidak ada lagi di kehidupan, maka akan terasa, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.


Lalu saya mendengar berita tersebar, bahwa ibu wafat karena tertembak oleh adik-adik saya. Saya heran, siapa manusia yang tega menyebarkan berita keji tersebut. Demi Allah, apa yang bapak ceritakan, itu yang terjadi. Tadinya saya akan diamkan saja. Tapi rasanya berita itu semakin diulang-ulang ceritanya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.


Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya. Dan alhamdulillah sekarang ada medsos, yang alhamdulillah, sayapun ikut aktif di sana. Siapapun yang membuat cerita itu, dan siapapun yang ikut menyebarkan, kami serahkan pada Allah untuk menilainya. Karena kami meyakini, bahwa Allah adalah Hakim Yang Maha Adil.

Sahabat…, terima kasih yang tulus kami sampaikan, atas doa yang selalu dilantunkan untuk Ibu dan Bapak kami tercinta. Semoga Allah SWT, membalas dengan berlipat ganda… Aamiin.


Terima kasih kami haturkan ya Allah, telah memilihkan kami terlahir dari seorang ibu yang baik, bijaksana, hormat pada orang tua dan suami dan sesepuh, penuh kasih sayang, peduli pada yang berkekurangan, membantu yang membutuhkan, memberi pada yang tidak berkecukupan.


Ya Allah ampuni dosa ibuku…

Maafkan segala kesalahannya…

Terimalah semua amal ibadahnya…

Tempatkan ibuku di sorga-Mu yang terindah, bersama Bapak dan bersama orang-orang yang datang sebelum kami, yang beriman dan Engkau sayangi.


Ibu… tenanglah di atas sana…

Doa kami selalu menyertaimu…

We love you always ibu…


Jakarta 29 April 2020,

Hj. Siti Hardiyanti Rukmana

Penulis blog