POLITIK

Zulhas Sindir Prabowo-Sandi Masuk Kabinet, Gerindra Beri Balasan Menohok

DEMOCRAZY.ID
Maret 25, 2021
0 Komentar
Beranda
POLITIK
Zulhas Sindir Prabowo-Sandi Masuk Kabinet, Gerindra Beri Balasan Menohok

Zulhas-Sindir-Prabowo-Sandi-Masuk-Kabinet-Gerindra-Beri-Balasan-Menohok

DEMOCRAZY.ID - Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan (Zulhas) menyinggung capres dan cawapres yang kalah dalam pilpres 2019 menjadi menteri kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi). 

Partai Gerindra mengatakan bahwa Prabowo-Sandi menjadi menteri untuk kepentingan bangsa.


"Pak Prabowo dan Pak Sandi masuk ke kabinet jelas menanggalkan ego mereka demi kepentingan yang lebih besar, yakni membantu pemerintah menyelesaikan persoalan-persoalan kebangsaan bangsa. Alhamdulillah kinerja beliau berdua luar biasa baik, setidaknya demikian menurut hasil survei beberapa lembaga survey kredibel," kata Waketum Gerindara, Habibburokhman kepada wartawan, Rabu (24/3/2021).


Habiburokhman kemudian menanggapi pernyataan Zulhas mengenai pilkada hingga pilpres yang dinilai demokrasi culas alias curang. 


Dia mengatakan Gerindra menghormati pendapat itu.


"Setelah kami cermati, pernyataan Pak Zulhan itu intinya tentang dua hal, yakni keprihatinan beliau soal model kompetisi pilkada hingga pilpres yang dia anggap culas karena hanya berorientasi kemenangan dan soal keterbelahan masyarakat terkait pilpres 2019. Kami menghormati Pak Zulhas dan memahami maksud baik beliau," kata dia.


Menurut Habiburokhman, kritikan Zulhas soal pilkada dan pilpres itu bisa dijadikan masukan bersama. 


Anggota DPR RI itu menyebut dalam setiap pemilu ada pihak yang berpikir untuk menang, namun tidak tahu apa yang dilakukan dengan kemenangan itu.


"Kritik beliau soal model pilkada hingga pilpres yang culas, menurut saya, harus kita jadikan masukan bersama. Tak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap perhelatan pemilu ada pihak yang berpikir yang penting menang dahulu, namun ketika menang beneran justru tak tahu apa yang harus dilakukan. Makanya kita harus selalu memberikan edukasi kepada masyarakat agar menjatuhkan pilihan pada calon yang benar-benar berorientasi dan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa," tuturnya.


Habiburokhman menyadari bahwa pernyataan Zulhas mengenai pilpres 2019 menimbulkan keterbelahan adalah benar. 


Anggota Komisi III DPR itu menegaskan bahwa keterbelahan itu harus segera diakhiri dengan mendorong rekonsiliasi.


"Kegundahan beliau soal keterbelahan masyarakat terkait pilpres 2019 juga perlu kita dengar bersama. Gerindra juga sadar bahwa keterbelahan tersebut harus segera kita akhiri dengan mendorong rekonsiliasi dan persatukan kebangsaan. Secara formil kontestasi Pilpres 2019 memang telah berakhir setelah MK memutuskan menolak gugatan Prabowo-Sandi, karenanya tidak ada ruang lagi bagi kita untuk terus berseteru. Sebagai bangsa yang besar kita harus mampu menanggalkan ego masing-masing untuk selanjutnya secara bersama-sama membangun negara ini," kata dia.


Zulhas sebelumnya menyampaikan pidato kebangsaan. 


Dia bicara soal demokrasi culas hingga menyinggung capres dan cawapres yang kalah dalam pilpres 2019 kini menjadi menteri di kabinet Presiden Joko Widodo (Jokowi).


Pidato itu ditayangkan di YouTube Zulkifli Hasan, Rabu (24/3/2021). 


Dia awalnya bicara tentang kebijakan ekonomi yang cenderung liberal dan pro terhadap asing.


Zulhas kemudian bicara soal demokrasi yang dianggapnya jauh dari musyawarah mufakat. 


Zulhas menyebut pilkada hingga pilpres menunjukkan demokrasi culas alias curang dan hanya berpikir menang.


"Termasuk cara kita dalam menyelenggarakan demokrasi yang kian meninggalkan semangat musyawarah mufakat sebagaimana diamanatkan sila ke-4 dalam Pancasila. Pilkada 2017, 2018, Pileg dan Pilpres 2019 serta Pilkada serentak 2020 yang telah lalu telah menunjukkan kepada kita karakter demokrasi yang culas dan hanya berpikir menang-menangan," ujarnya.


"Politik elektoral berubah sedemikian rupa menjadi semata ajang untuk memperebutkan kekuasaan belaka, berebut lobi, dan pengaruh dengan agenda berbeda-beda. Tak peduli masyarakat terpolarisasi secara hebat, bahkan muncul benih-benih permusuhan dan kebencian yang ongkos sosial budayanya sangat tinggi," lanjut Zulhas.


Zulhas menyayangkan perpecahan itu sudah telanjur terjadi. 


Padahal persaingan capres-cawapres sudah berakhir, bahkan pihak yang kalah bergabung ke yang menang.


"Persaudaraan kebangsaan yang terganggu, setelah pemenang Pilpres diperoleh, pada akhirnya yang kalah bergabung juga dengan penguasa. Capres dan cawapres penantang, keduanya kini menjadi menteri juga, bergabung dengan Presiden yang terpilih. Tidak ada berkuasa dan tidak berkuasa, semua menjadi satu. Sementara konsekuensi terbelahnya masyarakat menjadi kubu-kubu telanjur terjadi," ucapnya. [Democrazy/dtk]

Penulis blog