"Ternyata benda tersebut hanyalah sebuah karya seni. Tubuhnya dari gabus," kata Humas Yayasan Menara Kudus, Denny Nur Hakim dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Minggu (7/3/2021).
Denny menjelaskan setelah ditemukan jenglot pihaknya menghadirkan seorang ahli.
Menurutnya ahli tersebut diminta untuk mencari kebenaran tentang jenglot yang ditemukan di makam Buyut Akasah di Desa Burikan, Sabtu (27/2) lalu.
"Setelah acara perayaan ta'sis Masjid Menara selesai kami menghadirkan seorang ahli untuk mencari tahu apa sebenarnya benda yang ditemukan tersebut. Dilihat dari penampakan fisik bentuknya memang cukup menyeramkan, sebagaimana ditulis oleh banyak media," terangnya.
Dia menjelaskan setelah dilakukan pencermatan ternyata ada kejanggalan terhadap jenglot tersebut. Mulai dari karakteristik sampai dengan metafisiknya.
Pihaknya pun membedah jenglot tersebut. Ternyata jenglot itu hanya sebuah karya seni, Tubuhnya dari gabus, kulitnya dari jok, rambutnya dari salon, giginya dari kawat, tulangnya dari tulang kambing, dan warna merah mulutnya adalah cairan zat pewarna.
"Namun jika diperhatikan lebih cermat lagi, ada beberapa kejanggalan yang muncul, mulai dari karakteristik fisik sampai yang metafisik. Setelah mencermati beberapa saat, sang ahli memastikan bahwa benda tersebut adalah benda buatan, lalu dibuktikan dengan cara membedahnya," ujarnya.
"Ternyata benda tersebut hanyalah sebuah karya seni. Tubuhnya dari gabus, kulitnya dari jok, rambutnya dari salon, giginya dari kawat, tulangnya dari tulang kambing, dan warna merah mulutnya adalah cairan zat pewarna dari botol plastik di dalam perutnya yang disambung selang ke arah mulut," sambung Denny.
Diberitakan sebelumnya, jenglot ditemukan di makam keramat Desa Burikan, Kecamatan Kota, Kudus, Jawa Tengah. Jenglot ditemukan memiliki rambut panjang dan bertaring dua.
"Iya kemarin Sabtu tanggal 27 Februari 2021 ditemukan jenglot di makam punden Mbah Buyut Akasah Desa Burikan. Baru pertama ini (penemuan jenglot)," kata Juru kunci punden Mbah Buyut Akasah, Mamik Junaidi saat dihubungi lewat sambungan telepon, Minggu (28/2).
Sebelumnya juga Kiai muda kenamaan KH Ahmad Muwafiq menambahkan jenglot yang ditemukan di Kudus belum tentu asli. Menurutnya saat ini banyak jenglot yang palsu.
"Ya saya tidak tahu jenglot yang ditemukan yang asli apa yang palsu, karena saat ini banyak beredar jenglot yang palsu," kata pria yang akrab disapa Gus Muwafiq ini, Kamis (4/3).
Menurutnya jika jenglot itu asli akan bergerak bukan diam.
Apalagi jenglot ditaruh di dalam sebuah kotak. Menurutnya saat ini banyak yang jual jenglot.
"Kalau yang asli itu memang benar-benar makhluk, dia hidup dan dia bergerak bukan malah diam dan diwadhahi (dikemas) kotak seperti itu. Jadi kalau jenglot itu bergerak, makanya kalau orang ketemu fenomena jenglot itu biasa saja, karena sekarang banyak yang jual," terangnya.
"Coba saja kalau ketemu jenglot dibedah, kalau yang asli bentuknya seperti manusia tapi memang mengecil, meski keriput dia mengecil tapi utuh. Bukan benda mati, seperti boneka itu, karena jenglot itu bergerak," sambungnya.
Gus Muwafiq menjelaskan jenglot ini pernah tren pada zaman Majapahit akhir dan awal Kerajaan Demak. Namun setelah zaman itu, jenglot jarang ditemui.
"Ya dia makhluk, makhluk yang sudah pernah menjadi tren pada zamannya gitu. Jadi tren jenglot di kisaran Majapahit, era jenglot itu akhir Majapahit awal Demak setelah itu jarang ditemui," ucap Gus Muwafiq.
"Dulunya, jadi dulu ada orang yang punya ilmu semacam ilmu rawa rontek. Ketika dia mau melepaskan kehidupannya tidak bisa dan menjadi mengecil," sambung dia.
Gus Muwafiq pun mengimbau kepada masyarakat jika menemukan jenglot jangan terlalu heboh.
Karena jika menemukan jenglot sama saja menemukan sisa - sisa peradaban masa lalu.
"Masyarakat kalau menemukan jenglot seperti menemukan keris saja, artinya sisa - sisa peradaban masa lalu. Jadi kalau ketemu jenglot jangan terlalu heboh, karena kan bisa jadi bukan jenglot asli," tandas dia. [Democrazy/dtk]