"Ya setidak-tidaknya cara berpikir pelaku dan sikap pelaku memiliki semacam kemiripan (dengan pelaku bom bunuh diri di Surabaya). Pelaku bisa memiliki kesamaan pemahaman dalam hal ideologi," ujarnya dalam wawancara, Minggu (28/3).
Ia menegaskan BNPT tidak merasa kecolongan atas bom bunuh diri yang terjadi pukul 10:20 WITA tadi.
Menurutnya, kejahatan bisa terjadi secara dinamis sehingga tidak mudah dideteksi.
"Tidak (kecolongan), karena kondisi dalam masyarakat dinamis. Jadi, niat melakukan kejahatan tidak serta merta mudah dideteksi, mereka mencari kesempatan kemudian melakukan aksi," kata Boy.
Ia melanjutkan, "Kita tidak menutup kemungkinan mengenai fakta bahkan aparat keamanan, termasuk polisi, yang sedang bertugas pun menjadi target. Ini sebuah kejahatan extra ordinary."
Sebelumnya, Mabes Polri mengatakan dua orang pelaku mengendarai motor dan mencoba masuk ke halaman gereja.
Seorang pelaku teridentifikasi berkelamin pria, sementara kelamin satu pelaku lain belum diketahui.
Aksi pelaku untuk memasuki halam berhasil digagalkan oleh petugas keamanan Gereja Katedral Makassar.
Namun, petugas keamanan itu mengalami luka-luka akibat bom yang meledak di gerbang gereja.
Lebih lanjut, Argo juga mengaku belum dapat memastikan kelompok atau jaringan teror pelaku bom bunuh diri, termasuk keterkaitan pelaku dengan aktivitas organisasi teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Nama JAD dicurigai lantaran dalam beberapa pekan terakhir kepolisian aktif menangkap anggota kelompok itu di Makassar dan kota lain.
Dalam penangkapan di Makassar sejumlah anggota JAD ditembak polisi karena melawan. [Democrazy/cnn]